LELIMA
by Adellia Anjani Hartono
Perkembangan kebaya di Indonesia, khususnya di Bali terus meningkat setiap tahunnya, terutama menjelang hari raya umat hindu. Hal ini menyebabkan meningkatnya limbah pasca produksi kebaya. Limbah yang dihasilkan dibagi menjadi dua kategori, berwarna dan putih.
Limbah tersebut hanya akan di buang tanpa ada pengolahan lanjut. Dari permasalahan diatas dapat disolusikan dengan pengolahan limbah menggunakan metode reuse, reduce, recycle dalam mengolah limbah menjadi produk fashion ready to wear deluxe dengan teknik surface textile design dan local content dari budaya Bali Mapeed dan Gebogan, sehingga limbah kembali pada siklus produksi. Nama lelima, diambil dari bahasa Bali yang berarti jari, karena proses produksi pembuatan produk lebih banyak menggunakan tangan. Penelitian ini diharapkan bisa menginspirasi orang lain untuk memanfaatkan limbah tekstil menjadi sebuah produk fashion yang memiliki nilai fungsi dan estetika, tidak semata-mata menjadi limbah saja.
Karya ini berasal dari proyek Tugas Akhir berjudul
PENGOLAHAN LIMBAH PASCA PRODUKSI HOME INDUSTRY KEBAYA BALI MENJADI PRODUK FASHION
dosen pembimbing Tugas Akhir: Dr. Arini Arumsari, S.Ds., M.Ds