DE NATIVIS MUNDI
by Kurnia Balqish Gusti Dwiguna
Ketapang (Teminalia Catappang L.) merupakan tumbuhan peneduh yang banyak tumbuh di pinggir jalan dan di tepi pantai. Karena banyaknya dan melimpahnya daun ketapang yang disebabkan tumbuhan ketapang menggugurkan daunnya sebanyak dua kali dalam satu tahun, hal ini bertujuan untuk memanfaatkan peluang dari masih langka dan minimnya pewarna daun ketapang. Sebab, sejauh ini daun ketapang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai antibakteri pada ikan dan pupuk kompos. daun ketapang mengandung zat tanin sebesar 11% – 23%. Warna yang dihasilkan berupa warna kuning kecoklatan hingga coklat gelap. Hal ini membuat daun ketapang memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai pewarna alami dalam bidang industri tekstil, pewarna alami dikenal dan digunakan untuk proses pewarnaan batik, namun saat ini pewarna alami dapat digunakan pada proses pewarnaan untuk teknik tie dye. Tie dye merupakan teknik mengikat dan dicelup untuk menghasilkan suatu motif. Di Indonesia tie dye dikembangkan dan diadaptasi dibeberapa daerah seperti di Jawa (Gresik di Jawa Timur, Yogyakarta, Solo, dan Jawa Tengah), kemudian di Sulawesi, Sumatera Selatan khususnya di daerah Palembang, Kalimantan, Bali, serta Lombok. Penggabungan antara pewarna daun ketapang dan teknik tie dye menghasilkan sebuah output produk pakaian ready to wear deluxe yang mengadapatasi style classic elagant, dengan menggunakan metode eksplorasi menggunakan pewarna daun ketapang, mordan tujung untuk menghasilkan warna hitam dan menggunakan kain sutera hanspan.
Karya ini berasal dari proyek Tugas Akhir berjudul
PENGOLAHAN DAUN KETAPANG (TERMINALIA CATAPPANG L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DENGAN TEKNIK TIE DYE
dosen pembimbing Tugas Akhir: Aldi Hendrawan, S.Ds., M.Ds